Kisah sebidang tanah.
Dua minggu lalu abah beroleh tawaran jual beli lahan tanah 1.511 m2 di Bojong Koneng, Bogor. Mintanya 350 juta. Begitu dilihat lokasinya, abah Enin langsung seneng. Ditepi jalan desa, sekira 5 menit make roda 4 dari kediaman Gaby. Hill-side, ada 3 pohon duren 2 lagi produktif, ada rambutan, petai dan jengkol, belum sejumlah pohon rindang lainnya.
Iya sih tanahnya tidak nyiku, tapi tanah sebelah kanan berkemungkinan besar mau dijual. Air tanah berasal dari gunung, bening dan sejuk meski tidak terasa manis entah karena dialirkan melalui selang yang kalau kelindes motor tentu bocor... Kebayang menjadi tempat ngadem sambil ,menanti kedatangan anak cucu, sanak saudara dari Jakarta dan Sukabumi. Juga teman2 bandidos belading. Pokoknya 'un paiz para querer' deh.
Seminggu lalu abah nawar 200 juta, tetap atas pertimbangan surveyor BNI patokan harga ditempat itu antara 75-100 permeter buat lahan kosong. Makanya kemarin abah ajukan tawaran baru 175 juta. Tapi kebayang gak bakal dijual, coz smp botak seriawan mana ada lahan ditepi jalan desa seharga 100 ribu permeter?
Semalam abah gak bisa tidur, kebayang aja dibelakang abah lagi ditertawakan bisa jadi dianggap orgil gak punya polo. Makanya tadi pagi2 abah menemui pemilik tanah, tapi orangnya lagi nyabut singkong di kebun. Via hp abah bilang mo menemuinya nanti sore.
Abah kepingin jadi, ingin meliwati hari tua bersama Enin ditempat sejuk. Toh lahan itu gak akan dibawa mati, tentu buat tambahan kesejahteraan anak cucu. Nah gimana klo menurut dulur2ku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar