Sabtu, 31 Maret 2012

Nyi Subang Larang


Menelusuri Jejak Nyi Subang Larang, Istri Prabu Restoe Boemi Siliwangi
Kawasan Teluk Agung yang terletak di Desa Nanggerang Kecamatan Binong Kabupaten Subang yang awalnya sepi mendadak ramai dikunjungi orang-orang dan para pejabat tinggi negara pada Ternyata, kawasan yang juga dikenal Astana Panjang atau Muara Jati ini merupakan saksi sejarah riwayat perjalanan hidup seorang tokoh legendaris wanita tatar Pasundan (kini Jawa Barat—red) pada sekitar abad 16-17 masehi yang juga merupakan istri Prabu Siliwangi, yakni Nyi Subang Larang.

Uniknya, ternyata istri Prabu Siliwangi ini seorang Muslimah dan pendiri pesantren besar di masanya. Berdasarkan data-data sejarah, di kawasan ini pula Nyi Subang Larang diyakini dimakamkan. Bagaimana sesungguhnya sosok Nyi Subang Larang ini?

Berdasarkan riwayat sejarah, Nyi Subang Larang merupakan putri Ki Gedeng Tapa yang merupakan pendiri Kerajaan Japura yang pernah mendapat cinderamata berupa mercusuar dari Laksaman Ceng Ho, pemimpin pasukan Kerajaan dari negeri China. Nyi Subang Larang bernama asli Kubang Kencana Ningrum. Ketika beliau berguru kepada seorang tokoh penyebar Islam dari Pulau Bata Kabupaten Karawang, Syeikh Qurra’, namanya kemudian diganti oleh Syeikh Qurra’ menjadi “Sub Ang” yang bermakna “Pahlawan Berkuda”.

“Subang Larang merupakan satu dari dua tokoh srikandi atau pejuang (pahlawan) wanita Tatar Sunda pada masa itu dimana beliau merupakan figur seorang muslimah (penganut agama Islam—red). Beliau merupakan murid Syeikh Qurra’ yang juga tokoh penyebar Islam setingkat wali yang menyebarkan Islam di wilayah Karawang. Tokoh srikandi lainnya adalah Dewi Parwati”, papar sesepuh Kabuyutan dari Bogor, Abah H. Dasep Arifin pada acara penemuan situs Subang Larang di Desa Nanggerang Kecamatan Binong.

Sepulangnya berguru kepada Syeikh Qurra’, Nyi Subang Larang lantas mendirikan pesantren besar bernama “Kobong Amparan Alit” di kawasan Teluk Agung yang kini berada dilingkungan Desa Nanggerang Kecamatan Binong. Belakangan nama “Kobong Amparan Alit” berubah menjadi “Babakan Alit” yang juga berada di sekitar kawasan Teluk Agung Desa Nanggerang. Selanjutnya, Nyi Subang Larang menikah dengan Pamanah Rasa yang bergelar Prabu Siliwangi dan melahirkan beberapa orang keturunan yang kelak menjadi orang-orang besar, diantaranya Raden Kian Santang yang bergelar Pangeran Cakra Buana yang merupakan pendiri cikal bakal Kerajaan Cirebon. Raden Kian Santang sendiri merupakan seorang muslim sekaligus tokoh penyebar Islam. Demikian halnya, kerajaan Sumedang Larang, Pakuan Pajajaran dan kerajaan Sunda lainnya tidak mungkin dilepaskan dari perjalanan Nyi Subang Larang.

“Tidak akan ada Cirebon, kalau tidak ada Nyi Subang Larang. Sebab sejarah tatar Sunda tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjalanan hidup seorang Subang Larang”, ujar Abah Dasep.

Pada saat menikah dengan Prabu Siliwangi, Subang Larang lantas diboyong oleh sang suami untuk tinggal di Bogor yang ketika itu merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran. Namun, meskipun tinggal di Bogor, Subang Larang kerap mengunjungi pesantrennya di kawasan Teluk Agung yang sekarang terletak di Desa Nanggerang Kecamatan Binong. Dan ketika beliau wafat, jasad atau layon-nya kemudian dibawa oleh para abdi dalemnya untuk dimakamkan di kawasan Teluk Agung tersebut. Diantara abdi dalem yang membawa jasad Nyi Subang Larang adalah tokoh yang kini dimakamkan di kawasan makam keramat Gelok yang terletak di Kp. Cipicung Desa Kosambi Kecamatan Cipunagara Subang.

“Berdasarkan bukti dan penuturan sejarah yang saya terima, maka saya berkeyakinan bahwa di kawasan Teluk Agung Desa Nanggerang inilah Nyi Subang Larang pernah hidup, mendirikan pesantren besar dan dimakamkan di akhir hayatnya. Karena itu, situs bersejarah Subang Larang ini merupakan asset bangsa yang sangat berharga dan tiada ternilai, sehingga perlu dijaga dan dilestarikan oleh semua pihak”, pungkas H. Dasep.

Berkaitan dengan penemuan situs Subang Larang ini pula, Pemerintah Propinsi Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar siap mengucurkan anggaran 500 juta rupiah untuk revitalisasi dan pemeliharaan kawasan situs serta pemberdayaan ekonomi warga sekitar.

“Pemprov Jabar siap kucurkan anggaran 500 juta rupiah untuk revitalisasi dan pemeliharaan kawasan situs Subang Larang”, ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, Herdiwan..cag

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=2839618918229&set=o.98783338722&type=1&theater

Selasa, 27 Maret 2012

Pernikahan adat Lampung 1913


Sebagai info buat wong kito Komering dan Lampung

.....Adat perkawinan.........
PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT LAMPUNG

Pernikahan adat masyarakat provinsi Lampung ada dua yakni Pepadun dan adat Saibathin. Untuk Adat Pepadun tanpa membedakan derajat masyarakat di kota Lampung.

Masyarakat Lampung dalam bentuknya yang asli memiliki struktur hukum adat tersendiri. Bentuk masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya, kelompok-kelompok tersebut menyebar diberbagai tempat di daerah lain di Lampung. Perbedaan kelompok tersebut tercermin dalam upacara adat dalam perkawinan tradisional.

Tahap Perkenalan

Bila seorang jejaka merasa tertarik pada seorang gadis maka si jejaka tersebut akan mencari cara agar dapat mendekati si gadis. Pada saat acara adatlah di jejaka tersebut bersama keluarganya melakukan nyubuk, yakni menilai apakah gadis tersebut memang sesuai dengan pilihannya. Dengan cara mengintip di balik sarung yang dipakai, apabila gadis tersebut berkenan di hati si jejaka maka keluarganya langsung menanyakan bibit, bobot, dan bebet si gadis atau disebut dengan beulih-ulihan.

Tahap Bekado

Tahap bekado yakni, keluarga si jejaka mengirim utusan untuk mendatangi rumah si gadis dengan membawa berbagai macam barang atau bahan makanan sebagai rangkaian proses pendekatan. Bila pemperian itu diterima dengan baik maka tahapan selanjutnya si gadis sudah dapat dikatakan sebagai calon pengantin wanita dan akan segera dilamar.

Melamar

Setelah keduanya saling menyukai maka pihak orangtua pria datang untuk melamar yang disebut juga tahap nunang. Pada saat ini pihak mempelai pria juga membawa oleh-oleh berupa uang, dodol, dan sekapur sirih. Setelah lamaran diterima maka menjelang hari berikutnya rombongan pihak pria tersebut akan datang lagi untuk mengadakan nyeurik atau mengikat. Dewasa ini bisa dikatakan bahwa keduanya telah bertunangan. Sebagai tanda bahwa si gadis telah bertunangan, maka sang ibu mengikat badan anaknya dengan benang. Kemudian selang beberapa hari maka akan diadakan manjau yakni merundingkan hari H. Maka sesuai dengan perundingan sebelumnya, apakah perkawinan akan diadakan dengan cara terang-terangan atau begawi. Begawi adalah pesta adat Lampung pepadun, dengan memotong kerbau di rumah pihak calon pengantin pria atau bisa juga di rumah calon pengantin wanita. Pesta adat ini biasa diadakan oleh kaum bangsawan, disebut dengan munaek suntan berpangkat tinggi dalam adat.

Upacara Temu Pengantin

Selanjutnya keluarga pihak wanita mengajak calon mempelai wanita ke rumah tunangannya untuk dipertemukan dengan calon mempelai pria. Kemudian juru bicara rombongan pihak pria menyatakan maksud kedatangan mereka ke rumah mempelai wanita. Pada saat pertemuan itu akan diadakan netak aping, kedua belah pihak rombongan memegang sepakat maka kain tersebut dipotong/dibelah tengahnya sebagai pemecah hambatan. Setelah itu pengantin wanita menuju rumah pengantin pria, sesampai di rumah pengantin pria lalu disambut dengan tabuhan talo balak dengan irama gembira dan tembakan meriam. Di depan rumah mempelai kedua orangtua dan kerabat terdekat mempelai pria telah menanti untuk menyambut kedatangan kedua mempelai, seorang ibu langsung menaburkan beras yang dicampur kunyit dan uang logam.

Di depan tangga rumah telah disediakan pasu terbuat dari tanah liat yang beralaskan talam kuningan berisi air dan anak pisang batu dan kembang titeu. Kembang titeu ini terdiri dari daun sosor bebek dan kembang sebanyak tujuh rupa. Lalu pengantin wanita mencelupkan kedua kakinya ke dalam pasu yang dimulai dengan kaki kanan lalu kaki kirinya, setelah itu mempelai wanita dibantu mertua wanita bersama mempelai pria naik ke rumah lalu menuju ruang tengah.

Kemudian didudukkan di atas kasur usut yang tengah digelar di depan appai pereppu yakni kamar tidur yang paling besar, biasanya kamar ini diperuntukkan bagi anak yang tertua. Kedua mempelai didudukkan dengan bersila dengan posisi lutut kiri mempelai pria menindih lutut mempelai wanita, bermakna agar kelak mempelai wanita selalu patuh dan setia terhadap suami kelak. Kemudian siger mempelai wanita dibuka dan diganti dengan handuk liling, dilanjutkan dengan acara mosok dan makkuhken inai adek yakni pemberian gelar adat.

Pada saat makkuhken inai adek, istri dari kepala adat memberikan gelar dengan menekan telunjuk tangan kiri di atas dahi kedua mempelai kemudian mengetuk kunci rumah di dahi kedua mempelai sebanyak tujuh kali hitungan lalu menyebutkan gelar apa yang didapatkan kedua mempelai. Acara mosok dan makkuhken inai adek dilakukan oleh ibu atau nenek mempelai pria. Kemudian mempelai pria membuka kalung yang dipakai oleh mempelai wanita lalu dipakaikan pada adik perempuannya agar kelak dimudahkan jodohnya. Kemudian kedua mempelai bangun lalu menebarkan kacang goreng dan permen pada gadis-gadis yang hadir menyaksikan acara tersebut. Seluruh gadis-gadis yang hadir bersama-sama merebut kacang dan permen serta memakannya dengan maksud agar cepat mendapatkan jodoh.

Upacara Pernikahan

Upacara pernikahan diadakan di depan penghulu yang dilanjutkan dengan pesta pernikahan di rumah mempelai pria. Malam harinya keluarga mengadakan pesta menari antara bujang dan gadis yang disebut upacara cangget. Pesta ini berakhir menjelang subuh dengan nedio, yakni menyanyi bersama dan bersahutan pantun antara bujang dan gadis. Esok harinya kedua mempelai melanjutkan upacara dengan pepadon, menaiki semacam tahta hingga 21 tingkat dan untuk setiap tingkat yang mereka naiki keluarga diharuskan menyembilih seekor kerbau. Setelah upacara pepadon usai, kedua pengantin diarak bersama-sama keliling kampung.

(Batavusqu)




http://www.facebook.com/photo.php?fbid=2487350882564&set=o.204813279613739&type=1&theater

Semar Badranaya, kontemporer.


March 10




http://www.facebook.com/photo.php?fbid=3173323426090&set=a.1530771563320.77427.1655681235&type=3&theater

Resi Bhisma versi India


March 10




http://www.facebook.com/photo.php?fbid=3173323346088&set=a.1530771563320.77427.1655681235&type=3&theater

Komik Mahabarata


March 10 




http://www.facebook.com/photo.php?fbid=3173323226085&set=a.1530771563320.77427.1655681235&type=3&theater

Komik Ramayana


October 7, 2010 





http://www.facebook.com/photo.php?fbid=1530771643322&set=a.1530771563320.77427.1655681235&type=3&theater

Padang Kurusetra versi India


March 10 


http://www.facebook.com/photo.php?fbid=3173329266236&set=t.1048853562&type=3&theater

Panganten Sunda



Alhamdulillah...17tahun bersama..."HappY 17th AnniversarY for Our WeddinG"








http://www.facebook.com/photo.php?fbid=2787762139030&set=a.2787756338885.116623.1407627238&type=1&theater

Alfabet Kaganga Komering


Alfabet Komering atau yang biasa disebut KAGANGA merupakan alfabet yang biasa digunakan oleh orang-orang Komering jaman dahulu yang kini jarang dipakai lagi. Berikut kami sajikan alfabet Komering (Surat Hulu). Sumber: Ayahanda Abunaim Munir dan Manda Basyuni Tomi desa Surabaya.




http://www.facebook.com/photo.php?fbid=2942433315611&set=o.204813279613739&type=1&theater

Huruf Hulu Komering



Sebagai Reff dari info dulur Anta Sastika, Iwan Mahmoed Raraumay,dllnya








http://www.facebook.com/photo.php?fbid=2483136657211&set=o.204813279613739&type=1&theater

SEJARAH DESA GUNUNG BATU

Iwan Mahmoed RaraumaySEJARAH DESA GUNUNG BATU Kec. Cempaka, Kab. OKU Timur Sum-Sel

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=2818065300828&set=o.204813279613739&type=1&theater



SITUASI PENGISLAMAN NUSA JAWA



SITUASI PENGISLAMAN NUSA JAWA
sumber: Damar Shashangka




http://www.facebook.com/photo.php?fbid=3501634269733&set=a.1881853376223.2112456.1537983874&type=1&theater

Jumat, 16 Maret 2012

Surat nikah 1933.


Buat Kemas Ananda Wirosentiko,ini info contoh surat nikah jaman dulu th1933,bukan sebelum th1900.dimana SURAT NIKAH alias KAWIN
Surat nikah dikeluarin oleh kantor urusan agama. Ini surat nikah jaman dulu.
Dalam prosesi pernikahan ada yang disebut Ijab kabul. Ijab itu kata-kata yang diucapkan penghulu sambil salaman kepada calon penganten laki-laki' "Saya nikahkan dan kawinkan engkau kepada fulanah hinti fulan dengan mas kawin kalung mas murni 20 gr tunai". Lalu Calon penganten kabul, “Saya terima nikahnya kawinnya Fulanah binti Fulan dengan mas kawin berupa kalung mas murni seberat 20 gr tunai”.
Tempo dulu banyak calon penganten yang tidak fasih, tidak lancar atau tidak sempurna sampai 3 kali berturut-turut, Penghulu menunda pengesahan pernikahan. Calon penganten disuruh mandi atau ditunda sampai 3 hari. Kudu diguyur sama air kembang tujuh rupa. ,hehe atau disuruh berwudhu dulu




http://www.facebook.com/photo.php?fbid=2443622469381&set=o.190873967610594&type=1&theater

Batik


October 29, 2011 




http://www.facebook.com/photo.php?fbid=256529714398285&set=a.130071940377397.41554.100001237759305&type=3&theater

BOKOR


59 minutes ago


Minggu, 11 Maret 2012

Gandaria

Sri Chandra Yasmina   Bandidos Belading
Gandorio mudo di Palembang pacak kito jingok ado di tukanga rujak, tukang buah dorong. Kalu di perhelatan dibuat Sambel Acar Gandorio. Naaaah...Gandorio Kuning yang ini istimewa, selain lebih besar dari duku, rasanya asam2 manis, dan yang lebih istimewa lagi merupakan “oleh2 mantu yang balek tugas dari Ambon”. Yuk lur payo kito buat sayembara mbuat pantun make kato Gandorio. Kalu soal hadiah tanyo bae samo Mang MZ, pacak dak hadiahnyo “Lontong Kuah Anam Bogor?” hehehehe...


Jumat, 09 Maret 2012

Pas Badan.

about an hour ago 

Pas Badan, masa pendudukan Jepang, A.H.Bakker Kuyfers, 56 th. (koleksi bp Krisna W)
1) bangsa ; Belanda Totok
3) tempat asal ; Palembang' ..
c) Alamat sekarang ; Gelriastraat 6 Bandung
f) berapa taon tinggal dinegeri ini ; 53 taon






MUSANG BERJANGGUT

Bernostagia jaman dulu.......".Moesang Bedjanggoet"
.....M U S A N G _B E R J A N G G U T

Jangan-janganlah adik keangan-angan
Merayau ke alam impian
Duduk termenung kesepian
Tiada teman
Tujuh gunung lautan-lautan
Sembilan lautan ala intan
Umpan kutabur dah makan
Ikan dah makan

Bagai-bagailah mana indah syurga
Bertaman bunga aneka rupa
Kalau si bunga tak dijaga
Terkulai juga
Dari hari purnama-purnama
Sehingga purnama ala nyawa
Bunga menanti pawana
Dihembus pawana

Lagu di atas dicuplik dari adegan Film Romantis Komedi ”Musang Berjanggut” yang dirilis tahun 1959 di Malaysia. Film ini dibintangi oleh Tan Sri P. Ramlee. Ceritanya diangkat dari Legenda Melayu lama yang mengisahkan tentang Raja Tun Nila Utama yang mengadopsi anak dari Pura Cendana sebagai Putra Mahkota. Cerita bergulir ketika Sang Putra Mahkota menolak menikahi gadis-gadis yang ditawarkan baginda raja, dan memilih mencari jodoh sendiri. Hingga akhir, Sang Putra Mahkota berhasil menemukan Pujaan hati yang memikat semua orang, termasuk Bagindan Raja dan Datuk-datuk Menteri di istana.